Saturday, January 9, 2016

Above the Stars

Above the Stars by D. Wijaya

Genre: Fiksi, Young Adult
Penulis: D. Wijaya
Tebal: vii + 248 halaman
Tahun terbit:  Juni, 2015
Penerbit: Ice Cube Publisher (imprint penerbit KPG)
Sinopsis:

“Kau tidak takut jatuh?” tanya Mia.

Danny menggeleng. 

“Aku takut jatuh,” aku Mia dengan polos. “Kalau kau takut apa?”

Danny tidak langsung menjawab. Ia juga tidak menolakkan kaki ke tanah lagi untuk menambah kecepatan ayunan. Senyuman di wajahnya perlahan-lahan memudar. “Aku takut tidak bisa melihat selamanya.”

Danny Jameson, remaja kelas dua di Magnolia High School yang hidupnya tidak pernah mudah. Ia punya orang tua yang protektif, mesin tik Braille yang teman-temannya tidak punya, dan John Schueller dan gengnya yang sering membullynya. Yang paling buruk, sepasang mata birunya yang indah tidak bisa melihat. Hanya Mia Berry yang selalu ada di sisinya selama ini, menemaninya ketika berangkat atau pulang sekolah. 

Satu hari, datanglah siswa pindahan—Will Anderson ke kelas mereka. Dia ini anak yang punya prinsip “nikmatilah hidupmu selagi kau bisa” dan sering berbuat masalah di sekolahnya yang dulu, Warren High School

Walaupun dikenal sebagai pembuat onar, Will bukanlah tipe bad boy yang sering muncul dalam cerita. Ia berteman dengan Danny dan Mia, yang sikapnya sangat bertolak belakang dengan Will. Danny yang lugu dan polos. Mia yang protektif dan rajin. Serta Will yang humoris dan seenaknya sendiri.

Semenjak ia masuk dalam hidup Danny, Danny merasa lebih bahagia dan .. hidup. Will membuatnya bertanya-tanya tentang sesuatu di dirinya. Namun, belum sempat ia mendapatkannya jawabannya, Will menghilang. Apa yang terjadi dengan Will?





“Danny, kau tahu kenapa aku sangat menyukai daun?” tanya Will.
Danny mengedikkan bahunya.

“Karena mereka gugur, seperti setiap detik dalam kehidupan kita, seperti kita semua pada akhirnya.”

Topik yang diangkat penulis ini cukup berbeda dengan penulis umumnya. Ia berani mengangkat cerita ini dengan tema yang cukup sensitif di Indonesia yaitu berfokus pada topik LGBT. Bisa aku bilang bahwa sangat jarang melihat penulis lokal memfokuskan ceritanya pada topik serupa.

Ide ceritanya sendiri menurutku mirip dengan The Fault in Our Stars. Penulisnya sendiri mengakui kalau dia memang terinspirasi oleh John Green. Tema yang unik seperti ini menjadi angin segar di kancah perbukuan Indonesia yang mungkin bagi beberapa orang terasa ‘begitu-begitu saja’.

Penulis berhasil membangun cerita yang berlatar di luar negeri. Gaya bahasa yang digunakan sudah mirip sekali seperti buku terjemahan. Ini adalah karya debut penulis sendiri dan aku suka sekali. Kenapa? (1) Bahasanya indah, dan walaupun bahasanya baku, namun cerita tetap mengalir dengan indah. Aku memang mem-favoritkan sekali penulis yang bisa menulis seperti ini. Kuacungi jempol! (2) Membaca buku ini mengingatkanku pada Ari dan Dante di Aristotle and Dante Discover the Secrets of Universe, yang sifatnya bertolak belakang namun bisa jadi satu. Dan kuakui, Will dan Danny memang manis banget! (3) Twistnya. Penulis sebenarnya sudah memberikan petunjuk-petunjuk kecil sebelumnya, but i didn’t see that coming. Aku clueless (atau nggak konsen karena menikmati ceritanya?) sekali sampai aku harus baca halaman-halaman sebelumnya (4) Pesan yang disampaikan mengena sekali. Tentang penerimaan, tentang kebahagiaan, dan tentang kehilangan.

Awalnya aku berpikir dengan diangkatnya isu LGBT di buku ini, akan ada beberapa adegan yang berhubungan dengan sexual discovery seperti yang sering ditulis penulis YA luar. Setelah membacanya, bisa dibilang tidak ada adegan khas trope YA luar. Malahan, interaksi yang ada antartokohnya sangat manis.

Sayangnya, aku sempat menemukan beberapa typo (yang kuingat adalah penggunaan Mr. Dan Mrs. serta preposisi kalau tidak salah) dan karakter Danny menurutku.. terlalu polos. Bahkan aku sering kali lupa kalau Danny ini anak SMA, bukan anak SMP. Aku merasa ada beberapa bagian yang harusnya Danny tahu karena ia sudah cukup dewasa.

Well, satu hal yang jelas, aku akan menunggu karya-karya D. Wijaya selanjutnya karena yang satu ini cukup menyedot perhatianku. 

No comments:

Post a Comment