Sunday, January 10, 2016

Animal Farm

Animal Farm by George Orwell

Genre:  Fiksi, Distopia Klasik, Satir
Penulis: George Orwell
Penerjemah: Bakdi Soemanto
Tebal: iv + 144 halaman
Tahun terbit:  Cetakan kedua, Juli 2015
Penerbit: Bentang
Sinopsis:

Suatu malam, Major, si babi tua yang bijaksana, mengumpulkan para binatang di peternakan untuk bercerita tentang mimpinya. Setelah sekian lama hidup di bawah tirani manusia, Major mendapat visi bahwa kelak sebuah pemberontakan akan dilakukan binatang terhadap manusia; menciptakan sebuah dunia di mana binatang akan berkuasa atas dirinya sendiri.

Tak lama, pemberontakan benar-benar terjadi. Kekuasaan manusia digulingkan di bawah pimpinan dua babi cerdas: Snowball dan Napoleon. Namun, kekuasaan ternyata sungguh memabukkan. Demokrasi yang digaungkan perlahan berbelok kembali menjadi tiran di mana pemimpin harus selalu benar. Dualisme kepemimpinan tak bisa dibiarkan. Salah satu harus disingkirkan … walau harus dengan kekerasan.

Animal Farm merupakan novel alegori politik yang ditulis Orwell pada masa Perang Dunia II sebagai satire atas totaliterisme Uni Soviet. Dianugerahi Retro Hugo Award untuk novela terbaik (1996) dan Prometheus Hall of Fame Award (2011), Animal Farm menjadi mahakarya Orwell yang melejitkan namanya.


Semua binatang setara tetapi beberapa binatang yang lebih setara daripada yang lainnya. –hal 133



Sebagai penggemar novel distopia, rasanya kalau belum baca buku distopia seperti 1984 karya George Orwell kurang afdol. Ketika melihat buku ini di toko buku, langsung saja kusambar dan tak kusangka bukunya setipis ini.

Ditulis dari sudut pandang orang ketiga dan beralur maju. Tokoh yang ada di cerita cukup banyak (dan kebanyakan binatang) seperti Snowball, Napoleon, Boxer, Clover, Benjamin, Mollie, Squealer, Pak Jones dan tokoh lainnya yang tak bisa aku sebutkan semuanya di sini. Di sini, babi dianggap binatang yang paling cerdas dan merekalah yang memimpin pemberontakan ini. Awalnya, pemimpin pemberontakan ini adalah Snowball dan Napoleon—yang berusaha mewujudkan cita-cita Major, si babi tua bijaksana. Namun, ternyata cita-cita mereka tak semulus yang mereka harapkan.

Kekuasaan begitu melenakan mereka berdua, hingga salah satu mereka harus hengkang dari peternakan. Sejak saat itu, keadaan peternakan tak pernah sama. Binatang-binatang lain selain babi dengan polos dan tunduk mengikuti perintah pemimpin mereka. Suasana peternakan sulit dibilang membaik setelah kepergian pemilik peternakan—Pak Jones—atau memburuk setelah kepergiannya.

Rasanya benar-benar gila kalau binatang bisa bertindak seperti itu di dunia nyata. Aku merasakan kritik pedas penulis tentang kehidupan politik sekarang ini. Penuh dengan kecurangan, hasutan, kerakusan, dan haus akan kekuasaan. Babi-babi di buku ini bergelimangan makanan dan istirahat yang cukup, dan jarang sekali bekerja seperti binatang lainnya. Maka tak ayal kalau hanya ‘babi’ saja yang makin makmur, bertambah berat badannya sedangkan ‘binatang’ lain dengan tunduk bekerja keras siang malam.

Tokoh yang paling membuatku sedih adalah Boxer—kuda terkuat di peternakan. Aku sebenarnya amat kesal dengan polosnya dan tunduknya dia dengan segala perintah yang diberikannya. Tidak hanya Boxer, hampir semua binatang sama polosnya dengan Boxer karena mereka semua dihasut oleh Squealer—tangan kanan si pemimpin (aku tidak mau spoiler).

Ada Tujuh Perintah yang harus ditaati semua binatang. Perintah itu antara lain:
11. Apa pun yang berjalan dua kaki adalah musuh
22. Apa pun yang berjalan dengan empat kaki dan bersayap adalah teman
33. Tak seekor binatang pun boleh mengenakan pakaian
44. Tak seekor binatang pun boleh tidur di ranjang
55. Tak seekor binatang pun boleh minum alkohol
66. Tak seekor binatang pun boleh membunuh binatang lain
77. Semua binatang setara

Dengan liciknya, sang pemimpin dan tangan kanannya mengganti dan melanggar aturan tersebut satu per satu sesuka hati. Rumor-rumor dan hasutan cerdik membuat binatang lain ragu tentang ingatan mereka sendiri tentang semua perintah ini. Semua hal di buku ini kalau dipikirkan—memang terjadi di dunia ini. Bukan hanya saat Uni Soviet saja, sampai sekarang juga masih ada yang berjalan hanya saja kita tidak mengetahuinya—seperti binatang lain selain babi di buku ini. Juga kebebasan berpendapat yang dikekang karena kekuasaan beberapa orang di zaman sekarang. Ini digambarkan dengan para babi, yang selalu dikawal anjing-anjing besar, sehingga tak ada binatang yang berani menyanggah pendapat ataupun mendekatinya karena takut digigit anjing.

Versi terjemahan ini mudah kumengerti. Narasinya yang cukup panjang kadang membuat bingung. Namun, aku tidak menyesal telah membaca buku ini. Mungkin yang sudah tahu sejarah Uni Soviet dengan totaliterismenya bisa mengartikan satire ini dengan baik. Berhubung aku memang tidak terlalu mengerti dengan politik dan kekuasaan, awalnya memang sulit untuk mengerti ceritanya dari halaman pertama namun aku tetap menikmati buku ini sampai akhir.

Makhluk-makhluk di luar memandang dari babi ke manusia, dan dari manusia ke babi lagi; tetapi mustahil mengatakan mana yang satu dan mana yang lainnya –hal 140

No comments:

Post a Comment